PhotobucketPhotobucketPhotobucketPhotobucketPhotobucketPhotobucket

Friday, February 1, 2013

Pengalaman Pertama Dengan CRJ1000NG Garuda Indonesia (SRG-SUB-SRG)

Penerbangan saya dari Semarang menuju Surabaya vv ini khusus untuk mencoba pesawat baru Garuda Indonesia dengan tipe Bombardier CRJ1000NG, yang ditujukkan untuk rute-rute perintis dan feeder dari Hub kota besar.
 photo P1002512_zps29675b59.jpg


Garuda Indonesia pada akhir tahun 2012 kemarin mendatangkan jenis pesawat baru pada jajaran armada-nya. Sebagai bagian dalam rencana ekspansi ke rute-rute perintis dan sebagai Feeder dari kota-kota besar, pesawat buatan pabrik Bombardier asal kanada ini dipesan sebanyak 18 buah dan secara berkala didatangkan ke Indonesia. Saat post ini dirilis, jumlahnya sudah mencapai 5 buah.

Berawal dari menjelang penghujung tahun 2012, saya memiliki waktu luang yang sangat singkat saat menjelang tahun baru. Waktu tersebut akhirnya saya tujukan untuk merasakan pesawat baru tersebut. Dimulai dengan mencari rute yang sudah dioperasikan pesawat ini, diantaranya Denpasar-Surabaya, Makassar-Denpasar, Makassar-Lombok, Semarang-Surabaya. Awalnya, Jakarta-Surabaya-Denpasar lah yang akan saya coba pesan.

Seakan melupakan fakta bahwa penerbangan di hari-hari akhir tahun akan selalu penuh & mungkin overbooked, saya lalu menelepon call center GA dan mencoba memesan tiket penerbangan, untuk sektor jakarta ke Surabaya sudah sangat penuh, begitupun Surabaya ke Denpasar, yang masih tersisa hanya leg pulang. Saya pun saat itu sudah mencari alternatif perjalanan ke Surabaya menggunakan moda kereta namun waktu yang ada kurang efisien dengan jadwal penerbangan. Jika saya mencoba lewat Makassar, tentunya lebih jauh dan memakan lebih banyak biaya untuk menuju Makassar. Harus berfikir cepat, akhirnya saya pun menanyakan Semarang-Surabaya VV, petugas Call Center awalnya mengatakan rute tersebut sudah tidak ada, namun saya pastikan kembali, dan ia pun sendiri akhirnya kaget kalau rute ini sudah dibuka kembali. Memang, sebelumnya rute ini sempat ditutup, saat itu dioperasikan oleh Boeing 737-500. Untungnya, untuk Semarang-Surabaya-Semarang-jakarta available, namun tidak untuk perjalanan dari Jakarta ke Semarang. Akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan kereta Argo Bromo Anggrek Malam menuju stasiun Tawang. Entah mungkin karena rute Semarang-Surabaya ini belum banyak diketahui kalau sudah beroperasi kembali, sehingga masih available.

Departure & Spotting First!
Singkat cerita, pada H-2 Tahun baru itu saya mencari taksi di Semarang untuk menuju Airport pada pagi hari. Memang penerbangan kami sebenarnya di Siang hari. Namun, saya tidak ingin melewatkan kesempatan berada di Semarang untuk mengunjungi Waving Gallery atau yang biasa di sebut "Anjungan Pengantar". Letaknya sebenarnya berada terpisah dengan terminal bandara, namun hanya cukup berjalan kaki sebentar dari tempat kedatangan langsung sampai di loket masuk. Setelah membayar Pass masuk seharga Rp. 1500, saya langsung menghadap tempat yang ramai dikunjungi oleh masyarakat, tempat ini memang cocok untuk menghabiskan waktu bersama keluarga untuk sekedar melihat pesawat datang dan pergi. Parkir motor pun sudah penuh, padahal hari itu masih pagi. Lokasi spotting ini dekat dengan ujung runway 31, sehingga sangat cocok untuk mengabadikan pesawat yang sedang Backtrack, atau Pesawat yang sedang touchdown.

 photo PC296631_zps9e37b86d.jpg

 photo PC296650_zps5b090ea5.jpg

Beberapa hasil spotting di jetphotos.net (klik pada gambar dibawah untuk melihat resolusi besarnya):
 View the full size photo! Lion Air PK-LFK Boeing 737-9GPER Semarang-Achmadyani - WIISView the full size photo! Garuda Indonesia PK-GEI Boeing 737-86N Semarang-Achmadyani - WIISView the full size photo! Lion Air PK-LFI Boeing 737-9GPER Semarang-Achmadyani - WIISView the full size photo! KalStar Aviation PK-KSM Boeing 737-529 Semarang-Achmadyani - WIISView the full size photo! Lion Air PK-LJM Boeing 737-9GPER Semarang-Achmadyani - WIISView the full size photo! Merpati Nusantara Airlines PK-MZH Xian MA-60 Semarang-Achmadyani - WIISView the full size photo! Garuda Indonesia PK-GEI Boeing 737-86N Semarang-Achmadyani - WIISView the full size photo! Wings Air PK-WFL ATR 72-212A(500) Semarang-Achmadyani - WIISView the full size photo! Lion Air PK-LJZ Boeing 737-9GPER Semarang-Achmadyani - WIISView the full size photo! Sriwijaya Air PK-CLJ Boeing 737-524 Semarang-Achmadyani - WIISView the full size photo! Lion Air PK-LJM Boeing 737-9GPER Semarang-Achmadyani - WIIS


Setelah sekitar 3 jam kami menghabiskan waktu untuk spotting, kini saatnya untuk ke terminal dan check-in. Sebelum itu, kami menyempatkan diri makan di kantin yang berada di ujung parkiran untuk sekedar makan siang. Semangkuk soto ayam bening dengan nasi yang bisa sepuasnya, cukup untuk menghilangkan rasa lapar saya. Rp. 8000 untuk 1 porsi soto tersebut.

 photo P1002557_zps52b3a9c7.jpg

 Setelah melalui proses check-in, saya langsung masuk ke ruang tunggu. Suasana masih tidak jauh berbeda dengan terakhir kali saya kesini pada sekitar tahun 2007. Oh iya, sebagai informasi, penerbangan saya kali ini dengan nomor GA 369 SUB-SRG yang dijadwalkan boarding pada pukul 1325. Pada saat itu pesawat dikabarkan mengalami keterlambatan selama sekitar setengah jam, karena flight saya ini sebenarnya adalah leg pulang. Rute pesawat ini adalah Surabaya-Semarang vv.

Akhirnya pesawat datang juga, registrasi yang akan saya naiki adalah PK-GRC. beberapa saat setelah itu penumpang pun dipersilahkan untuk berjalan keluar menuju pesawat. Tidak melewatkan kesempatan ini saya mengabadikan beberapa foto exterior dari pesawat berkapasitas 96 penumpang ini.

 photo P1002489_zps8f9c96f1.jpg

 photo P1002552_zpsf3391f5d.jpg

Dengan konsep pintu yang berfungsi juga sebagai tangga, pesawat ini tidak memerlukan tambahan tangga untuk menaikan dan menurunkan penumpang, apalagi aviobridge. Memang jika dilihat dari fungsinya sangat cocok untuk pelabuhan udara yang masih memiliki fasilitas minim, namun seiring dengan perkembangan bandara-bandara di Indonesia yang telah banyak memiliki aviobridge, hal ini menjadikan pesawat ini sering seperti "terusir" untuk parkir di remote sehingga memerlukan bis, atau konsekuensinya penumpang harus berjalan kaki ke pesawat untuk boarding. belum lagi, tidak sedikit bandara yang disinggahi pesawat ini nantinya adalah bandara besar bahkan berkelas internasional.

 photo P1002491_zpsd0a19cf2.jpg

Ada yang sedikit menyita perhatian saya, saat ingin naik, beberapa petugas memperhatikan barang bawaan yang dibawa penumpang ke kabin. Semenjak sebelum keberangkatan saya memang telah banyak melihat informasi pembatasan bagasi kabin oleh pengalaman-pengalaman member-member dari Indoflyer.net yang lebih dulu telah merasakan penerbangan dengan pesawat ini. Alasan pembatasan adalah, kabinnya yang sempit dan kecil, sehingga ruang penympanan overhead luggage pun lebih terbatas dibandingkan pesawat garuda yang biasa dipakai untuk rute domestik, Boeing 737-800NG. Alhasil, jika petugas menganggap bagasi kabin yang dibawa penumpang saat naik pesawat dirasa melebih batas, maka akan diambil dan dimasukan ke dalam bagasi pesawat. Barang tersebut ditandai dengan sebuah kertas berwarna pink, jadi setelah nanti sampai ditujuan, barang bawaan tersebut langsung dikembalikan ke penumpang saat itu juga turun dari pesawat. Saya sarankan jika anda membawa barang berharga di dalam tas yang kira-kira melewati batas ukuran itu, tetap saja bawa dan biarkan diambil petugas untuk dimasukkan ke bagasi pesawat saat ingin naik pesawat, setidaknya dengan ini lebih dirasa aman dibandingkan tas tersebut sudah tidak dalam pengawasan semenjak saat check-in. Kalau saya sendiri, seperti biasa hanya membawa ransel dan tas kamera kecil, jadi tetap diperbolehkan dibawa masuk ke dalam kabin.


Kesan pertama masuk ke kabin, suasananya memang berbeda dengan NG, kabin lebih sempit, namun langsung terasa nyaman. Entah mungkin karena efek pesawat masih baru dari pabrik, saya merasakan suasana yang sama seperti kabin A330-200 Garuda, tapi ini versi mininya. Bisa saja ini disebabkan desain interiornya yang sangat bernuansa Garuda sekali. Impresi pertama saya sudah cukup bagus disini. Saya yang memiliki postur tidak tinggi saja sudah hampir kena dengan kompartmen bagasi atas.

Setelah duduk di seat 2E, tidak hentinya penumpang yang masuk menanyakan "baru ya??" ada pula yang mengatakan, "kecil sekali", dan sebagainya. Banyak yang agak kaget Garuda memiliki pesawat kecil seperti ini juga.

 photo P1002506_zps12c0df96.jpg photo P1002507_zpsa35fb2b3.jpg

Pesawat ini hanya membutuhkan 3 Cabin crew dalam 1 set kru kabin. untuk kokpit,  2 orang, namun saat itu terdapat 3 orang dalam 1 set: Kapten dan FO Garuda, serta 1 instruktur WNA dari pabrik Bombardier yang berlokasi di Kanada.

Pesawat akhirnya push-back. berhubung tidak memiliki PTV atau layar sama sekali, prosedur keselamatan pun diperagakan oleh awak kabin setelah membagikan handuk panas khas Garuda. Saat itu penumpang cukup penuh terisi.

Setelah pesawat back-track di Runway 31, pesawat akhirnya lepas landas, mungkin karena saya berada di deretan depan, suasana hening sekali.. suara mesin pesawat hanya samar-samar terdengar.

(Take-off Video in Proggress)

 photo P1002503_zps7c123893.jpg


Seperti layaknya armada lain (kecuali Boeing 777-300ER), Garuda menyajikan 2 layanan kelas dalam pesawat ini, yaitu executive dan ecomony. Tidak ada perbedaan dari kursi yang disediakan di kedua kelas ini, konfigurasinya pun sama, 2-2 di tiap baris. Namun yang dibedakan adalah jarak antara kursi (Seat Pitch) yang lebih lengang pada kelas eksekutif. Sepertinya kursi ini dilapisi oleh kulit, dan dirasa cukup nyaman khususnya untuk penerbangan jarak dekat.

 photo P1002492_zps269be1b9.jpg
My Seat Pitch

Setelah stabil di udara, awak kabin mulai menyajikan makanan ringan karena penerbangan ini dibawah 1 jam, sehingga tidak ada makanan utama dalam penerbangan ini. Saya disajikan Sandwich ikan dengan kue.
 photo 20121230_143531_zpsd83e3877.jpg
Tidak ada perbedaan yang mencolok antara makanan yang dibagikan antara kelas eksekutif maupun economy, sama-sama makanan ringan. perbedaan hanya di pengemasan, jika di eksekutif memakai piring dan segala aksesorisnya, pad kelas ekonomi makanan ringan hanya disajikan dengan bungkus wrap plastik bertuliskan "Snack Time".

Penerbangan hanya berlangsung selama 50 menit, setelah kudapan dibereskan, pesawat mulai menurunkan ketinggian, setelah sempat terbang disamping Bandara Internasional Juanda lalu memutar arah untuk mendarat di landasan pacu, akhirnya pesawat landing dengan selamat, meskipun agak "gabruk" namun cukup bagus dan sebagai respek bahwa menjadi penerbang itu sepertinya sangat susah, landing seperti ini bagi saya sudah cukup smooth. Yang berbeda dengan NG adalah saat mendekati landasan, suara Autopilot off yang terdengar sampai ke kabin,hehe.

 photo P1002502_zpsb8e2b2cb.jpg

 photo P1002505_zpsf37f62ef.jpg

Detail proses landing bisa di lihat dibawah ini:

(Landing Video in Proggress)

Pesawat lalu parkir di ujung remote bandara Juanda, Surabaya. setelah saya turun, tidak lupa untuk mengabadikan sekali lagi PK-GRC ini..

 photo P1002512_zps29675b59.jpg
Terlihat petugas membawakan tas dengan label pink untuk dibawa kembali oleh penumpang

Setelah itu penumpang diantar menggunakan bis menuju Terminal kedatangan. Welcome to Surabaya.

 photo P1002529_zps41def4fa.jpg
A320 Airasia yang berada di sebelah pesawat yang saya tumpangi
Surabaya-Semarang
 
Selamat datang di penghujung tahun 2012!, kali ini saya sudah berada di Bandara Juanda untuk kembali ke Semarang, pengalaman saya menginap selama semalam di Surabaya bisa dilihat di Post saya ini.

Penerbangan kali ini dengan nomor GA 368, pesawat dijadwalkan berangkat pukul 1150 siang, saya sudah berada di ruang tunggu sejak pukul setengah 11. Pesawat CRJ yang akan kami tumpangi masih belum tiba dari Denpasar. Ruang tunggu di Surabaya ini menyajikan view yang bagus bagi yang ingin melihat pesawat, tapi sayang akibat cuaca Surabaya yang sering terik, sehingga diberikan kaca film sebagai pelindung. Tentunya ini akan sedikit berpengaruh pada hasil foto. Selain itu, cuaca tersebut juga menjadikan Heat Distortion yang cukup kuat pada hasil foto, disamping hasil foto yang juga sedikit hazy.

Pesawat yang akan kami tumpangi pun datang, kali ini registrasinya PK-GRE.

Saatnya boarding. Pada proses scan barcode boarding pass petugas mengingatkan untuk turun lalu menaiki bis yang disediakan menuju pesawat, setelah itu dipersilahkan mengambil koran sebagai teman baca dalam perjalanan nanti.

 photo P1002524_zpsc762d3b3.jpg

karena memang sengaja menjadi paling pertama dalam antrian, saat turun bis saya langsung mengabadikan kembali pesawat CRJ ini, pesawat ini sebenarnya menurut saya sangat bagus, karena terkesan minimalis, tapi "dipersenjatai" dengan mesin Jet.
 photo P1002528_zpsfc4cc7e9.jpg

Pada penerbangan ini saya mendapatkan kursi di 3E. Tidak jauh berbeda dengan penerbangan kemarin, handuk panas dibagikan dan Prosedur keselamatan kembali diperagakan.

kali ini 1 set awak kokpit semuanya WNA. Informasi yang saya dapat dari Purser pada penerbangan ini, bahwa sebenarnya di akhir tahun ini armada CRJ Garuda sedang kekurangan awak kokpit, dismping awak kokpit dari garuda sendiri yang belum cukup, para pilot dari Bombardier pun banyak yang libur natal dan akhir tahun sehingga pulang ke kampung halamannya, jadi satu set awak kokpit pada penerbangan kali ini istilahnya sedang kerja lembur. Benar saja, pada esoknya (1 januari 2013) rute ini pun dilayani oleh NG akibat tidak ada awak kokpit yang cukup untuk mengoperasikan rute tersebut dengan pesawat ini.

 photo P1002509_zps482f432e.jpg

Pesawat pun menuju runway untuk Take-off, sang kapten pun memberikan announcement yang seperti announcement pribadi karena tidak menyebutkan nama Garuda Indonesia, sang kapten mengucapkan kota tujuan yang terdengar: "Semeyeng".

(Take-off Video in Proggress)
 photo P1002536_zpsbf66b52a.jpg
Pesawat langsung berbelok ke kiri setelah lepas landas
Kini saatnya makanan ringan dibagikan. kali ini yang disjikan adalah Burger dan Kue dilengkapi Air mineral dan teh atau kopi sesuai permintaan penumpang.

 photo 20121231_123819_zpse1dd1abe.jpg

kali ini waktunya saya inspeksi toilet, Lavatory nya memang kecil tepat berada di sebelah kanan bila menghadap kearah pintu kokpit. Desainnya pun tidak begitu berbeda dengan kebanyakan lavatory pesawat lain. Hanya saja, sistem flush nya belum vakum, masih dengan membilas otomatis seperti biasa.

 photo P1002539_zps33cec044.jpg

Saat sedang menurunkan ketinggian dan memasuki Kota Semarang, pesawat seperti agak terlalu tinggi dan sempat memutar sekali. Saat speedbrake pun pesawat seperti terasa sekali ketahannya. Approach menuju runway 31 memang seru sekali, terasa dekat dengan perumahan-perumahan serta bangunan-bangunan di daratan yang konturnya berbukit-bukit. Jelasnya bisa dilihat di Video berikut ini:

Alhamdulillah setelah pesawat mendarat dengan mulus, pesawat sayapun parkir di sebelah Boeing 737NG Lion Air yang ke 70.
 photo P1002547_zps9173595f.jpg

Melihat foto diatas, saya suka sekali melihat airport-airport dengan terminal mini dan tradisional seperti ini yang terlihat seperti pesawat lebih besar dibandingkan bangunan-bangunan sekitarnya. Bandara Semarang rencananya akan diperluas dengan terminal baru yang dibangun di seberang terminal ini. Lebih jelasnya tentang redesain bandara ini banyak terpampang di dalam dan di luar terminal.

Kesimpulan

Akhirnya sampai pada akhir dari perjalanan saya merasakan CRJ1000NG Garuda ini, menurut saya, pesawat ini cukup nyaman, kabinnya pun sebenarnya tidak terlalu sempit. Namun ini mungkin diluar ekspektasi penumpang yang mengira akan memakai Boeing 737-800NG Garuda. Ya, ekspektasi konsumen ini yang mungkin harus diperhatikan, dengan harga yang paling murah hampir 400 ribu untuk ekonomi penumpang mengharapkan keunggulan fasilitas Garuda yaitu personal monitor yang memiliki beragam fasilitas hiburan. Karena fasilitas ini tidak tersedia, maka penumpang pun akan memiliki pilihan pada maskapai lain. Sejauh ini rute yang dioperasikan pun sudah memiliki kompetitor, sebut saja Semarang-Surabaya, Denpasar-Surabaya, Makassar-Denpasar hingga rencana rute baru garuda, yaitu Medan-Bangkok dengan pesawat ini pun semuanya sudah terlebih dahulu dikuasai oleh Low-Cost Carrier yang menyabet penghargaan terbaik dalam konsep tersebut selama bertahun-tahun. Armada yang digunakan pun lebih besar dan sekelas B737-800NG Garuda. Malah, untuk rute Semarang-surabaya ini, penumpang punya pilihan untuk sekalian saja pakai maskapai yang mengoperasikan dengan pesawat propeller ATR. Memang, disatu sisi Garuda mengunggulkan ketepatan waktu, prosedur keselamatan yang baik yang telah kental di benak pelanggan, serta penumpang yang pasti mendapatkan makanan selama perjalanan.

Awalnya Garuda memiliki pilihan antara menggunakan Embraer (varian 170/190), atau CRJ1000NG. Dari sisi pengguna didunia, Embraer tersebut sudah cukup populer dan banyak dipakai oleh maskapai-maskapai di dunia seperti Saudi Arabian, KLM Cityhopper, atau American Eagle (American Airlines). Sedangkan CRJ, untuk varian 1000NG ini hanya dioperasikan oleh 2 maskapai di dunia selain Garuda, yaitu Brit Air (maskapai regional milik Air France) dan Air Nostrum (Maskapai regional milik Iberia). Bahkan katanya requirement pesawat ini untuk take-off mirip dengan requirement NG Garuda (mohon maaf sekali jika saya salah karena saya sangat tidak mengerti teknis penerbangan sama sekali). Namun, tidak tahu hitung-hitungannya bagaimana, mungkin inilah yang terbaik untuk Garuda dalam membuka feeder untuk melayani kota-kota perintis. Entah bisa dari sisi efisiensi bahan bakar, efisiensi awak kabin yang hanya 3 orang, Efisiensi dalam proses pembelian dan pemesanan, atau pun mungkin kepraktisan tidak memerlukan fasilitas bandara seperti garbarata atau aviobridge. Diluar itu pun, saya sangat senang menumpang pesawat ini, karena itu tadi, suasananya yang nyaman, kabin yang hening (mungkin karena berada di row depan), serta interior yang cukup baik, terutama desain window-nya yang berbeda dibandingkan pesawat yang saya pernah naiki sebelumnya. Mungkin lebih baik bagi saya, jika Garuda menghadirkan PTV di setiap kursi di tiap kelas. Ini bisa jadi preferensi tersendiri bagi penumpang agar terkesan berbeda dengan LCC (walau mungkin banyak juga yang merasa gengsi dengan naik LCC ya). Hal tersebut juga mungkin bisa disiasati dengan memberikan tablet, walaupun hanya untuk kelas eksekutif. Seperti yang pernah dilakukan Garuda pada pesawat Boeing 747-400. Kursi kelas eksekutif pun mungkin bisa sedikit dibedakan, semisal dengan fungsi reclyne yang lebih panjang. Pada dua airline lain yang mengoperasikan pesawat ini, untuk kelas bisnis kursinya berbeda dengan kelas ekonomi, namun konsekuensinya konfigurasi row-nya menjadi 2-1.

 Akhir kata, Saya senang bahwa langit indonesia semakin beragam dengan hadirnya jenis pesawat baru ini. Terima kasih sudah menyempatkan waktu melihat Review saya. Jika ada kesalahan dalam penyebutan teknis, atauapun konten lain dalam post ini. Saya mohon maaf dan memohon koreksi dan masukannya.

Berikut beberapa foto PK-GRE yang saya ambil di Anjungan Pengantar Bandara Ahmad Yani, Semarang saat pesawat yang saya tumpangi dari Surabaya ini sedang bertolak kembali ke Surabaya.

 photo P1017086_zps5037f370.jpg

 photo P1017093_zps1a2ae83a.jpg

 photo P1017095up_zps3eca2012.jpg

 photo P1017100_zpsd19db85e.jpg

Beberapa foto CRJ1000NG Garuda yang dapat dilihat resolusi besarnya di jetphotos.net (Klik pada gambar dibawah) :


View the full size photo! Garuda Indonesia PK-GRE Bombardier CRJ-1000NextGen Semarang-Achmadyani - WIISView the full size photo! Garuda Indonesia PK-GRE Bombardier CRJ-1000NextGen InflightView the full size photo! Garuda Indonesia PK-GRC Bombardier CRJ-1000NextGen Surabaya-Juanda - WRSS
View the full size photo! Garuda Indonesia PK-GRE Bombardier CRJ-1000NextGen Surabaya-Juanda - WRSSView the full size photo! Garuda Indonesia PK-GRC Bombardier CRJ-1000NextGen Semarang-Achmadyani - WIIS

Salam,

11 comments:

Achdiyatma Reza said...

Wowww...nice report and very inspiring journey... Two thumbs up...

Rico A319 said...
This comment has been removed by the author.
Unknown said...

Sarat pengetahuan dan membuka wawasan. Sangat detail...

raldi said...

Terima kasih banyak @Hany Lastyawan :)

Frengki said...

Wah, senang bisa dengar penjelasan Mas Raldi....Saya kemarin pas di Bali, ada lihat pesawat ini....Saya pikir ini MD-82....Karena bentuknya mirip....Cuma kayaknya ini CRJ1000 lebih kecil ya kayaknya.... Dan logo nya Garuda di badannya....hunting tiket ah buat nyobain :D Thanks buat reviewnya ya Mas...

Unknown said...

kece!!

(ilmanmuttaqin.student.ipb.ac.id)

Anonymous said...

Thanks beudh,

Unknown said...

Mantap om ane juga udah nyoba pesawat ini berkali kali dr medan-batam dan sebaliknya. Imbasnya skrg tiap penerbangan medan batam agak murah karena menggunakan pesawat ini,dulu nya mahal kali hahaha

Unknown said...

Maksud comment ane di atas biaya menggunakan maskapai garuda nya

Download film HD said...

Thanks udh share :)

Unknown said...

Sharing dong, lebih asik sensasi naik Boeing 737 atau CRJ1000?

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...